Selasa, 24 Januari 2017

Sup, guys... pada kali ini saya akan menjelaskan tentang beberapa keunikan budaya di Kabupaten Malinau. Namun sebelum itu, saya ingin memperkenalkan diri saya yang begitu cakep terlebih dahulu :v (bercanda aja.)

Nama saya Gifen Apriliano Rafael, lahir di Tarakan, 8 April 2002, tumbuh dan besar di Kabupaten Malinau, hobi bermain game, dan juga merupakan salah satu pelajar di SMP Negeri 1 Malinau Kota. Oke langsung aja ke pokok pembicaraan...
Kabupaten Malinau
Hasil gambar untuk Kabupaten Malinau
Eits..... sebelum kita melanjutkan perbincangan kita, ada nggak yang tahu Kabupaten Malinau itu letaknya dimana? (Kalo orang Malinau sampai gak tahu letak Kabupatennya dimana, bahaya nih :v) Oke lanjut.... Kabupaten Malinau adalah salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia. Kabupaten ini juga sering disebut Bumi Intimung.

Pada awalnya Malinau adalah sebuah kawasan pemukiman yang semula dihuni suku Tidung. Daerah ini selanjutnya menjadi kampung, berubah menjadi kecamatan. Kini Malinau menjadi ibukota kabupaten.
Berdasarkan keterangan tokoh masyarakat suku Tidung, asal mula timbulnya atau disebutnya nama Malinau saat kedatangan orang-orang Belanda ke pemukiman yang dulunya bernama Desa Selamban. Di desa Selamban tinggal penduduk dari kalangan keluarga Suku Tidung. Sedangkan di seberang sungai terdapat desa Pelita Kanaan yang terletak di tepi sungai Kabiran tempat bermukimnya Suku Dayak Abai.
Pada saat Belanda datang ke desa ini, terjadilah dialog dengan sekelompok Suku Abai, yakni kaum ibu yang sedang membuat sagu dari aren. Orang Belanda lantas bertanya dalam bahasa Belanda yang artinya kurang lebih, "Apa nama sungai ini?". Maksudnya sungai di desa mereka. Penduduk yang mendapat pertanyaan tersebut tidak mengerti. Mereka hanya menduga maksud pertanyaan orang Belanda tersebut, mereka sedang mengerjakan atau melakukan apa. Lantas salah seorang dari mereka menjawab,"Mal Inau" yang maksudnya sedang mengolah atau memasak sagu enau/aren. "Mal" artinya membuat, sedangkan "Inau" artinya pohon enau/aren. Orang Belanda yang bertanya mencatatnya. Jadi nama Malinau lahir secara tidak sengaja.

Kemudian nama Malinau dalam peta dan administrasi Pemerintah Hindia Belanda yang menyebutkan ada nama sungai Malinau. Sejak itulah daerah ini disebut dengan nama Malinau. Sedangkan dalam perkembangannya, daerah Malinau makin banyak penduduknya yang mulai menyebar ke sebelah hulu dan hilir Desa Selamban sebelumnya. Terus berkembang menjadi kota kecil yang kemudian menjadi Kecamatan Malinau. Terakhir setelah adanya pemekaran wilayah Kabupaten Bulungan, Malinau menjadi ibukota Kabupaten, yaitu Kabupaten Malinau. Sejak tahun 2012, kabupaten ini merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan Utara, seiring dengan pemekaran provinsi baru tersebut dari Provinsi Kalimantan Timur.
Hasil gambar untuk Dayak Kayan

Malinau memiliki begitu banyak suku dan adat istiadat. Suku Dayak Tidung, Lun Dayeh atau Lun Bawang, Kenyah, Burusu, Marap, Abbay, dan Dayak Tagal merupakan suku asli yang mendiami desa-desa di Kabupaten Malinau. Suku asli ini biasanya menempati desa-desa yang berada di pedalaman Kabupaten Malinau yang hanya dapat dijangkau melalui jalur udara atau sungai. Sementara Kota Malinau yang merupakan Ibukota Kabupaten Malinau, sebagian besar didiami oleh suku minoritas, seperti suku Jawa, Toraja, Batak, Bugis, dan lain-lain. Walaupun dengan berbagai perbedaan, masyarakat Malinau ini tetap saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Sikap inilah yang merupakan keunikan dari daerah terpencil ini, yang tidak dapat ditemui di kota-kota besar seperti di Jakarta yang saling menghina dan memaki suku, ras, atau agama mereka satu sama lain, saling menyebarkan berita hoax dan fitnah. Sebagai masyarakat Malinau, kita sepatutnya bersyukur atas perbedaan dan keanekaragaman adat istiadat yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada kita, sebab dengan perbedaan inilah kita dapat saling bahu-membahu membangun Malinau menjadi Kabupaten yang berubah, maju, dan sejahtera. Jadi sobat, bagi kalian yang belum mengerti dan memahami keunikan tersendiri dari salah satu Kabupaten di Kalimantan Utara ini, mungkin Malinau hanyalah sebuah desa yang terletak sangat terpencil di pedalaman pulau Kalimantan, tidak memiliki mall ataupun bandara atau stasiun kereta api seperti yang ada di kota-kota besar di Jawa. Namun, di Malinau ini terdapat banyak nilai kebudayaan dan tradisi yang melekat pada masyarakatnya. Berbagai bahasa, tarian, musik tradisional, kerajinan tradisional masih di lestarikan dan beberapa tempat wisata seperti wisata alam Semolon dan Desa Wisata Setulang, serta Taman Nasional Kayan Mentarang yang tak kalah indahnya dibandingkan dengan Pulau Derawan. Semua ini membuktikan bahwa meskipun Malinau merupakan desa yang minim modernisasi dan teknologi, Malinau tetap menunjukkan keindahan dan kehebatan dengan caranya sendiri.

Jadi gimana sobat? Udah paham gak tentang penjelasan diatas? Kalo belum paham yah.......gataulah :v semoga aja paham :v. Oke, sekian artikel singkat mengenai Malinau ini, mungkin ada sedikit kesalahan dalam pengucapan kata saya mohon maaf, karena saya hanyalah seorang remaja yang baru belajar membuat artikel atau blog sendiri :v. DAN JUGA, beberapa bagian dari artikel ini merupakan hasil kopian dari beberapa situs di web seperti di Wikipedia. So...thanks Wikipedia :v

Akhir kata saya sampaikan semoga dengan berkembangnya teknologi dan modernisasi, keberagaman suku dan budaya di Malinau masih dapat terjaga dan terlestarikan dengan baik.

Terima kasih dan sampai jumpa :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar